INDAHNYA KESUNYIAN

Di dinding di belakang mimbar gereja yang saya hadiri ketika masih remaja tertulis: Tuhan ada di dalam bait-Nya yang kudus. Berdiam dirilah di hadapan-Nya, ya segenap bumi! (Habakuk 2:20). Dan kami pun berdiam diri! Kami, anak laki-laki berdelapan, tidak berkata apa-apa satu sama lain sementara duduk menanti kebaktian dimulai.

Saya senang saat melalui ketenangan ini dan acap kali saya berhasil menyingkirkan pikiran tentang gadis-gadis dan regu bisbol Detroit Tigers dari kepala saya. Saya berusaha sebisa mungkin untuk merenungkan keajaiban Allah dan keselamatan-Nya. Dan di dalam kesunyian, saya kerap kali merasakan kehadiran-Nya.

Saat ini kita hidup di dunia yang bising. Banyak orang bahkan tidak dapat mengemudikan mobil tanpa musik yang keras dari mobil mereka, atau dentuman bas yang menggetarkan kendaraan mereka. Bahkan banyak kebaktian gereja lebih banyak ditandai oleh keriuhan daripada saat teduh.

Zaman dulu para penyembah berhala berseru dengan riuh kepada para berhala mereka (1Raja 18:25-29). Lewat perbedaan yang tajam, sang pemazmur melihat hikmat dari kesunyian, karena di dalam rasa hormat yang tenang Allah dapat didengar. Di dalam kesunyian malam di bawah langit yang berbintang, di dalam ruang kebaktian yang hening, di kamar yang tenang di rumah, kita dapat bertemu dengan Allah yang hidup dan mendengar Dia berbicara.

Perkataan sang pemazmur masih relevan sampai hari ini: Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang (Mazmur 62:6) HVL

Leave a comment